Kepasrahan
Ditengah kerinduannya mengecup dan bersimpuh di kaki kedua orang tua yang sangat ia sayangi, di tengah kerinduannya mengusap lembut kepala keponakan yang beberapa waktu lalu dikabarkan telah mampu berjalan, di tengah kerinduannya menyapa kakaknya yang slalu tersenyum ceria walau kini ia telah bersuami dan di tengah kerinduannya kepada adik adiknya yang saat ini sedang mengabdi untuk negeri,, Afza menahan kantuknya di serambi masjid mungil di tikungan sebuah daerah di kota yang kata orang istimewa ini. Sesekali ia kehilangan barisan ayat yang sedang ia baca karna rasa kantuknya itu.
Kala itu suasana kota pelajar mendung, sudah dua hari fenomena ini terjadi. "Mungkin inilah atmosfer 10 hari terakhir bulan Ramadhan yang terdapat malam Lailatul Qadr di dalamnya karna ciri-ciri malam lailautul Qadr adalah tidak ada sinar matahari pada pagi harinya",batinnya bergumam.
Pikirannya melayang sekitar 1 jam yang lalu
Lengkap sudah perjuangannya kini, kawan-kawan seperjuangannya di "penjara suci" satu persatu telah meningggalkannya untuk berjumpa dengan keluarga di Idul Fitri esok. Namun, ia belum tahu kapan ia akan berjumpa dengan dua orang pahlwannya itu. Ia harus tertahan di sini untuk memenuhi amanah akademiknya. AHari ini jadwal ia mengambil surat izin melakukan penelitian.. Pihak birokrat mengatakan bahwa jam 10 pagi surat itu sudah bisa diambil. Maka selepas ia packing baju dan beberes ruangan berukuran 5x4m yang bertuliskan nomor 21 di pintunya, ia bergegas untuk menuju kampus yang akrab di sebut kampus hijau itu. Kampus yang menjadi saksi perjalannya selama 3,5 tahun itu, kampus tempat ia belajar menangis, ia belajar tertawa, ia balejar berbagi, ia belajar memberi dan ia belajar berkorban serta berjuang. Ia teringat betul bahwa kala ia masih semester 1 dulu, yang kata orang masih unyu-unyu itu, ia disuguhkan banyak teladan di kampusnya itu, setiap datang ia disapa dan dicium lembut pipi kanan kirinya oleh mbak mbaknya,,, namun semua itu kini hilang... Ia merindukan sosok-sosok itu, ia merindukan tangan-tangan lembut itu, ia merindukan senyuman senyuman yang tergurat itu...Ah..ini hanya mimpi, batinnya. Mana mungkin aku mendapati itu lagi, jelas jelas ia menjadi mahasiswa paling tua di kampus... gumamnya.
Kembali ke pagi menuju siang di hari itu, setelah mengenang kerinduan yang tertahan di pelataran kampus, ia segera menuju ruang dingin di depan sebuah kolam kecil di kampusnya. Ia menanyakan bab surat yang harus ia antarkan ke dinas perizinan balai kota untuk meminta izin penelitian. Namun Allah sedang mengajarinya bab "Kepasrahan" siang itu, kepasrahan dan tawakal atas semua usaha yang dilakukan. Surat tersebut belum jadi, pihak birokrat belum bisa memastikan surat itu bisa diambil kapan karena masih menunggu tanda tangan atasan. Astaghfirullah, walhamdulillah ya Rabb.... ini bukti cintaMu padaku. DIa pun keluar dan merenung sejenak,, kalau begini jadinya, akan bertambah ketidakjelasannya untuk segera pulang. segera ia baca doa Robithoh dan membayangkan wajah kedua orang tuanya hingga tak terasa air mata menetes di pipinya, ia berdoa dan berharap bahwa TuhanNya akan memberikan yang terbaik untuk dirinya.
Dan benar adanya, setelah semua kepasrahan merasuk di dalam sukmanya, menghujam jiwa dan raganya bukti kasih sayang Allah datang menghampirinya. Ia dipanggil oleh pihak birokrat dan diberitahukan bahwa surat miliknya sudah jadi dan bisa segera diproses ke Balai kota.
Terimakasih Afza,,, darimu aku belajar bersyukur atas apapun yang terjadi pada diriku...
Penjara Suci 16:07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar