Rabu, 08 Juli 2015

Di ruang ini kita banyak belajar

Sore menuju petang...

Selesai Faza menghabiskan waktunya selama 2 jam di gedung putih itu. Adzan berkumandang,,, Tuhannya memanggilnya untuk segara menghadapnya. Ia sempatkan mampir di bangunan mungil tepat di belakang gedung putih berlantai dua itu untuk sejenak melupakan urusan dunianya. Ia hanya teringat salah satu pesan ustadz.. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Laporlah ke Allah sebelum kamu melapor ke manusia, ceritalah dulu ke Allah sebelum kamu cerita ke manusia bahkan menangislah dulu ke Allah sebelum kamu menangis di hadapan manusia. Kamu setiap hari bertemu banyak orang, menyapa dan berinteraksi dengan mereka. Bila hati dan ruhmu kering, maka ajakanmu akan terasa hambar, kehadiranmu tak akan berkah.  Setelah itu, ia mampir di bangunan yang suatu saat akan menjadi bangunan bersejarah bagi dirinya kelak, Bangunan saksi ia mencoba bermanfaat untuk ummat. Sore ini tak sengaja ia berjumpa dengan kawan  di perjuangannya organisasi tempat ia bernaung kini di ruang berukuran 8x4m. Ruangan yang selalu panas di setiap senin pukul 13.00 sampai maghrib. Ia sapa temannya itu satu persatu. Teman-temannya yang saat ini sama sama menunda kelulusannya. Sesampainya di ruang yang bernama Ruang Kebangkitan itu, tak lupa ia menanyakan kabar perihal amanah akademiknya itu kepada teman-temannya. Sore itu ia merasa bahwa ternyata sepi juga ditinggal para rekan kerja kementerian untuk KKN dan Mudik. Kami 13 militansi hanya saling menatap dan terbang ke alam bawah sadar kami masing-masing. (mungkin) kami memikirkan hal yang sama namun tak terucap lewat kata.


“Jika Alloh menimpakan sesuatu kemadhorotan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus [10] : 107). ". 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar