Rabu, 08 Juli 2015

Gedung Putih Saksi Perjuanganku



Siang menuju sore hari ini



Di bawah gedung putih yang megah ini..simbol kemegahan bagi mahasiswa UNY lebih tepatnya... ia terpaku di depan sebuah leptop. Siang ini seharusnya ia melaksanakan rapat koordinasi perihal PMB dengan pihak rektorat dan seluruh jajaran fakultas di gedung putih itu,, namun atmosfer kehangatan kamar 21 di lantai 3 gedung hijau berlantai 3 itu membuatnya taktersadarkan sementara (mungkin menyapa Rabbnya). Hingga ia pun datang terlambat dan akhirnya memutuskan untuk duduk di pojokan tangga gedung putih tersebut sambil menanti rapat usai. Untung ada kawan perjuangannya yang telah terlebih dahulu hadir untuk mendengarkan berbagai macam obrolan birokratis dari para petinggi. Ya kesempatan  untuk ngobrol dengan para birokrat UNY yang dulu ketika maba hanya ia bisa lihat dari kejauhan  (mungkin) tak akan ia dapatkan bila saat ini ia telah menyandang gelar Sarjana Pendidikan. Siang itu mungkin menjadi siang yang membuatnya bertanya-tanya. Sudah dua hari ia memimpikan kawan perbaikan dan kebaikannya  yang saat ini sedang mengabdi dan membumi di belahan bumi yang lain..mungkin ini yang disebut sebuah kerinduan. Sudah kurang lebih satu minggu, ia melewati hari-harinya seorang diri dan sendiri,mulai dari pergi ke kampus, bertemu dosen, menyapa sahabatnya, melaksanakan shalat tarawih hingga melewati malam-malamnya yang selama ini ia habiskan bersama kawan perjuangannya itu walau hanya untuk berbagi cerita. Ada satu hal yang ia lakukan kala kerinduan itu begitu terasa tersemat di hati dan dadanya, ia tak segan mengunjungi kampus saudara seperjuangannya itu hanya untuk bersujud dan mengekspresikan kerinduannya. hahaha... mungkin ini yang namanya jomblo ditinggal kawan-kawan seperjuangannya lulus dan wisuda lebih awal. Ditinggal "patner-patner in crimenya" di penjara suci. Sedangkan dirinya, memutuskan untuk menunda kelulusan dari target yang sudah ia pasang semenjak 3,5 tahun yang lalu.Sedangkan dirinya, memutuskan untuk bertahan di penjara suci sampai skripsinya selesai, minimal ada hal yang bisa ia laporkan ketika bertemu ibu bapaknya ketika mudik nanti. Ia memang tidak pernah menyangka bahwa saat ini ia akan Allah tempatkan untuk memegang amanah yang tidak ringan ini. Amanah mengkader, amanah membina ribuan mahasiswa yang menjadi salah satu tanggungjawabnya. Ia tak pernah menyangka pula bahwa ini akan berimbas pada membeloknya target yang telah ia pasang. DUka ia rasakan, tapi suka pun ia rasakan. Berbagai kesempatan ia alami yang iapun yakin tak akan ia dapatkan bila ia meluluskan dirinya sesuai target yang telah dipasang.... Selalu ada hikmah di balik sebuah kejadian guys....    Ditulis di pojok gedung putih yang pernah menjadi saksi pengambilan foto pencalonannya menjadi ketua himpunan,,, YOgyakarta 15:02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar