Selasa, 10 September 2019

Review Buku Digital Mendampingi Anak Menyelesaikan Konflik dan Mendidik Anak di Era Digital


Review Rumahbelajar.id tentang Bagaimana Mendidik Anak di Era Diigital


Bismillahirrohmanirrohim di sini saya akan mencoba mereview 2 buah buku digital ataupun tulisan yang ada di laman rumah belajar.co.id. Tulisan atau buku digital yang pertama adalah mengenai mendampingi anak menyelesaikan konflik.
 Buku ini saya rasa sangat lengkap karena di sini membantu para ayah bunda dan saya sebagai guru untuk melakukan pendampingan kepada anak dalam menyelesaikan konflik. Ada beberapa ilmu yang kita bisa dapatkan melalui buku digital ini yang pertama adalah mengenai definisi dari masalah kemudian di buku ini kita juga diberi tahu mengenai bagaimana cara menyelesaikan masalah? Mengapa orang tua perlu mendampingi anak menyelesaikan masalah? Apakah dampak atas sikap orang tua yang kurang mendukung dalam proses penyelesaian masalah pada anak? kemudian Bagaimana cara berbicara dalam mendampingi anak menyelesaikan masalah? dan dilengkapi pula dengan tahap-tahap mendampingi anak dalam menyelesaikan masalah. Bagi saya, tulisan di buku digital ini sangat lengkap. Selain itu kemudian dibubuhkan beberapa kata-kata motivasi yang disusun dengan bahasa yang mudah dimengerti dan disajikan dengan tampilan yang sederhana namun enak dipandang. Tulisan disusun berbentuk alur sehingga kita bisa menikmati setiap kata-kata yang disajikan disertai juga dengan gambar-gambar yang ketika seorang ayah ibu atau guru membaca buku digital atau tulisan ini saya kira bisa sangat membantu agar mereka para ayah bunda dan juga guru bisa untuk mendampingi anak menyelesaikan masalah.
  Review buku digital yang kedua ataupun tulisan yang kedua yaitu tentang mendidik anak di era digital. Kita tahu bahwa zaman ini merupakan zaman 4.0 di mana anak yang lahir zaman ini bahkan sudah dekat dengan yang namanya digital, gadget, komputer dan segalanya. Saya kira buku ini atau tulisan ini bisa menjadi pencerah bagi kami para pendidik untuk mendidik anak di era digital. Di buku ini kita juga diperkenalkan dengan definisi Apa itu digital? kemudian Bagaimana perkembangan teknologi digital? Apa manfaat dan resiko penggunaan teknologi digital? kemudian Bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak diera digital? dan bagaimana mengarahkan penggunaan perangkat dan media digital dengan tepat? Sama seperti buku digital sebelumnya, buku ini sangat menarik karena disertai dengan gambar-gambar perkembangan teknologi digital juga disertai gambar sehingga kami yang membacanya bisa dengan mudah memahami apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh penulis. Saya sangat berharap buku ini bisa dimanfaatkan atau disebarluaskan sehingga banyak orangtua yang paham bagaimana cara mendidik anak di era digital.

Untuk lebih lengkapnya bisa kunjungi https://youtu.be/rXS0sVhC0IQ.

Minggu, 11 Oktober 2015

Al Ilmu Qobla Amal

Lama rasanya tidak menulis,, (hanya) ingat tulisan salah satu tokoh yang menyebutkan bahwa orang yang mau menulis adalah orang yang sedang jatuh cinta dengan apa yang sedang dirasakannya, orang yang sedang jatuh cinta terhadap masalah yang dihadapinya, yang mau maunya ia luangkan waktunya untuk mencurahkan segenap apa yang sedang ia rasakan, jiwanya menyatu dengan tulisan, perasaan jiwa yang sedang ia dominankan.

Untukmu para pembelajar ulung..
Untukmu para pejuang penuntut ilmu..
Untukmu para santri di majelis ilmu..

Jadikan diri seperti tanah yang subur dan siap untuk digembur, tanah yang siap untuk menerima air untuk kemudian siap ditanami tumbuhan, tanah yang siap menghujamkan akarnya ke tanah, tanah yang siap menumbuhkan daunnya ke langit dan siap menghasilkan buah untuk dipanen. Namun jangan jadikan diri seperti pasir, yang mau dan mampu menerima air, meresap untuk kemudian mengering tak berbekas. Ya,,air.. yang dalam konteks ini adalah ilmu. Air segar yang siap mengairi tanah dan pasir. Sedangkan tanah dan pasir adalah diri kita. Kita hanya tinggal memilih, mau menjadi tanah ataupun pasir. Mau menjadi tanah yang siap menyuburkan tumbuhan, atau siap menjadi pasir yang menerima dan membiarkan air mengering tak bermanfaat kecuali menyegarkan dirinya sendiri.
Teringat dengan wahyu pertama yang Allah turunkan kepada Rasulullah S.A.W yaitu Q.s Al 'Alaq. Mari kita lihat terjemah ayat 1 Q.s Al 'Alaq. Di situ tertulis " Iqra' bismi rabbikalladzi khalaq" yang bila diterjemahkan adalah "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan". Kemudian kita juga tahu bahwa wahyu kedua yang turun adalah Q.s Al Muddatstsir. Lagi lagi mari kita lihat Q.s Al Mudatstsir ayat 1 dan 2. Di situ tertulis "Ya Ayyuhal Muddatstsir (1) Qum fa andzir (2) yang bila diterjemahkan adalah "Wahai orang-orang yang berkemul "  (1) , "Bangunlah, lalu beri peringatan" (2). Kedua terjemah surat di atas menandakan bahwa Allah menganjurkan bahwa kita membaca terlebih dahulu, kita mencari dan menuntut ilmu terlebih dahulu, kita penuhi ruang ruang dan majelis ilmu dahulu, baru kemudian bangun dan berilah peringatan, baru kemudian mengamalkan, mengajarkan dan mendakwahkan. Al Ilmu Qobla 'Amal.
Allahu Akbar, pesanMu begitu Indah tersampaikan pada ayat ayatMu Ya Rabb. Diri kami masih Faqir Ilmu,

"Allahumma  akhrijna min zhulumaatil wahmi, wa akhrimna binuuril fahmi, waftal'alaaina bi ma'rifatik, washhaii lanaa abwaaba fadhilka yaa arhamar raahimiin."
"Ya Allah, keluarkanlah kami dari kegelapan prasangka, muliakanlah kami dengan cahaya kefahaman, bukakanlah kepada kami makrifatMu dan mudahkanlah untuk kami dalam menggapai pintu-pintu anugerahMu wahai Dzat yang paling penyayang."

Perjalanan Purbalingga-Yogyakarta
Ahad, 11 Oktober 2015
Bus Efisiensi
14:22

Senin, 13 Juli 2015

Doaku Untukmu Kawan


Ini ku tulis tepat 1 jam menjelang dirimu ujian pendadaran...
Dan kau tahu aku berada dimana? Di tempat kita melakukan perjalanan jauh untuk pertama kalinya..perjalanan jam 21.00, di saat hujan dan di malam gelap.12 orang yg bisa aku sebut 12 orang yg punya mimpi gila...12 orang yg kala itu melakukan perjalanan jauh dan mengazamkan dirinya untuk belajar merawat UNY..belajar melayani rakyat UNY.
Hari ini tepat 6 bulan kenangan itu berlalu. Tahukah kamu apa yg ku ingat? Hal konyol kala dengan sabar kau suapi diriku dgn sebungkus good time karna tak tega aku mengantuk saat mengendarai motor. Hal konyol saat malam itu kau bernaung di bawah mantrol sobekku padahal hujan begitu besar.

Kawanku...kawanku seorang mahasiswi akutansi.. Ya benar..kawanku yg setiap malam rela meluangkan waktunya untuk bimbingan belajar perpajakan di fakultas merah muda itu. Kawanku yang setiap rapat selalu menghadiahkan kami selembar kertas berisi catatan keuangan proker. Kawanku yg dgn setia bolak balik rektorat-sekre dan mendengar seabrek kemauan birokrasi tentang keuangan lembaga kita bernaung. Kawanku yg setia mendampingiku mengerjakan laporan keuangan Sekolah Kader Bangsa berhari hari.
Kawanku....1 minggu yg lalu bukan malam terakhir kita menginap bersama kan? 1 minggu yg lalu bukan terakhir kalinya kita berenam mengobrol hangat tentang masa depan kan?
Aku masih ingin belajar banyak hal denganmu kawanku..
Kau bilang kau akan lulus tahun ini kawanku
Kau bilang kau akan penuhi amanah akademikmu tahun ini saudariku
Kau bilang kau akan lbh taat dan mengabdi pada kedua orang tuamu mulai tengah tahun ini sahabatku...
Hari inilah saatnya,
Hari inilah kau pertanggungjawabkan segala usahamu,
Hari inilah kau paparkan segala kerja kerasmu, kau gambarkan dgn jelas cucuran air keringatmu, kau jelaskan semua usahamu di sela sela kesibukanmu membersamai kami..bukan hanya kpd manusia kawanku..bukan kpd papan tulis yg terdiam kawanku..bukan pada meja, bukan pada kursi, bukan pada jas biru kebanggaan kita sekalipun, tapi padaNya..pada Zat yg selalu memperhatikan dan menyayangi kita.
Untukmu Menteri Keuangan BEM REMA UNY 2015.
Selamat ujian Rosella Anggraeni. Doaku menyertaimu.

Mhn maaf raga ini tak bisa membersamai ... Insyaallah doa yg ku titipkan.

Minggu, 12 Juli 2015

Aku menyebutnya Kawan Perbaikan dan Kebaikan....

Patner in Crime goes to Patner in Syurga Allah




Dendelion menarik selimutnya kembali untuk menutupi tubuhnya. Siang itu udara terasa dingin. Kebiasaanya tidur tak beralaskan kasur akhirnya terkalahkan juga dengan dinginnnya udara yang menyeregap ke seluruh tubuh. Sudah beberapa hari ini Jogja begitu dingin, sedingin hatinya yang ditinggalkan para kawan seperjuangannya mudik ke kampung halaman.
Suara pesawat melintas di atas atap dan setia menyapa dirinya, tidak hanya dua dan tiga kali bahkan seharian ia bisa mendengarkan suara yang membuat rindu kepada kawannya yang jauh disana semakin menyeruak. Dan andai kawannya itu tahu, setiap pesawat melintas, Dendelion selalu berharap bahwa kawannya adalah salah satu penumpang pesawat itu yang secara khusus ia  akan hadir dan menemuinya. Mungkin itulah mimpi yang akan hanya menjadi mimpi 1,5 bulan ke depan.Tidak tahu mengapa tapi ia selalu yakin bahwa Allah memberkahi setiap perjumpaannya dengan kawannya itu. . Dan ia yakin bahwa ada hikmah dari setiap perjumpaan yang Allah takdirkan itu. PAstilah, setiap orang yang hadir di hidupnya akan memiliki ruang tersendiri di dalam hatinya, namun untuk kali ini hatinya sedang ingin bernostalgia dengan kawannya yang satu ini. Kawan yang ia sebut  "Patner in crime", Kawan perbaikan dan kebaikan, "Patner in Syurga Allah".
Adalah Vanda, kawan Dendelion yang saat ini sedang menjalankan amanah akademiknya sebagai mahasiswa semester 6 di salah satu kampus ternama di kota gudeg ini. JIwa dan raga Vanda kali ini sedang berada di bumi Allah bagian timur, mengabdi untuk negeri. Dan kenyataan itu yang harus Dendelion terima, 1,5 bulan mendatang, ia akan menjadi jomblo terhormat penikmat perjuangan dan keromantisan kota Jogja. Ia tidak hanya ditinggalkan oleh Vanda, namun oleh Jasmin, Rose, Celo, dan kawan-kawan lain di penjara sucinya yang juga sedang melaksanakan pengabdian untuk negeri ini.
 Tapi Dendelion sangat beruntung, rindunya sedikit terobati berkat kehadiran Jasmin, sepupunya yang juga sedang melakukan pengabdian yang masih dalam satu wilayah provinsi. Jumat lalu melati hadir di depan kamarnya, dan menyapanya. Sontak Dendelion kaget sekaligus bahagia atas hadirnya Jasmin itu. Minimal ia tahu bahwa sepupunya itu sehat dan bahagia menjalani perannya saat ini sebagai mahasiswa semester 6 dan sedang menjalani pengabdian.
Berbeda halnya dengan Vanda, mungkin perjumpaan dengan Vanda hanya bisa Dendelion rasakan dalam mimpi. Sudah lebih dari 1 minggu ia habiskan waktunya tanpa kawannya itu. MAlam-malamnya ia awalkan tidurnya. Kebiasaannya untuk berbagi nasihat di setiap  malam menjelang tidur dengan kawannya itu agaknya harus ia tahan sampai 1,5 bulan mendatang. Ya pastilah, berbagi nasihat dengan yang lain tetap harus dilakukan, karena ia ingat sabda nabi Muhammad SAW bahwa "Sesungguhnya Allah, para Malaikat, semut yang ada di dalam lubangnya, bahkan ikan yang ada di lautan akan berdoa untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia". (Hr. Tirmidzi). Ketika sedang luang, tak jarang Dendelion tertawa kecil, tertawa karena angannya membayangkan kekonyolannya dengan kawannya itu. Kekonyolan saat Dendelion terjebak di luar pagar penjara suci karena pulangnya yang terlalu larut malam, sedangkan Vanda setia mencari kunci pintu gerbang si penjara suci. Kekonyolan saat Dendelion menepuk perut si Vanda yang sedikit "offfside" itu. Kekonyolan saat Vanda dengan ikhlas mengantarkan es coklat kesukaan Dendelion ke kampusnya di sela-sela kesibukannya. Kekonyolan saat Dendelion bermuka jutek saat ingin serius menjalankan tugasnya namun Vanda dengan rasa iba meminta maaf karna ia merasa bersalah dan mengira ini akibat kejailannya. Kekonyolan saat Dendelion paling tidak rela bila di pagi hari Vanda memanjakan tubuhnya di atas kasur dan terbang bersama mimpi-mimpinya. Kekonyolan dan kerusuhan yang selalu Dendelion buat setiap hari di kamar Vanda, meng KEPO isi hapenya, dompetnya, fotonya dan kekonyolan kekonyolan lain yang insyaallah akan kembali terjadi 1,5 bulan mendatang.
Dendelion tidak selemah yang mungkin orang kira ketika membaca tulisan ini. Hidupnya tetap berjalan seperti biasa walaupun ada yang hilang dari dirinya. Tugas akhirnya mendapat kabar baik, dan pastilah Vanda bahagia bila mendengar ini .Bulan Agustus akan menjadi saksi perjuangan si Dendelion karena ia akan mulai merampungi amanah akademiknya itu, proposal penelitiannya telah mendapatkan persetujuan dari dosen dan ia sudah boleh melakukan penelitian. Maklum, Vanda menjadi salah satu orang paling cerewet bila Dendelion lalai akan amanah akademiknya itu. Hanya saja, untuk sedikit mengobati rasa rindunya, Dendelion pun menyempatkan diri untuk berkunjung ke jalan-jalan yang pernah ia lewati bersama Vanda, tak jarang pula ia mengunjungi masjid tempat kawannya itu bertumbuh dan berkembang menjadi seorang yang hebat seperti sekarang. Ia sujud, ia pinta agar Allah menjaga kawan-kawannya yang sedang berjuang di sana. Ia harap walau raga tak berjumpa, minimal doa mereka akan berpapasan di langit.



Terimakasih atas keromantisan cerita kalian Vanda dan Dendelion,,dari kalian aku belajar bab ArRafiiq ash shaalih (teman yang baik).  semoga mimpi kalian kelak  menjadi patner in syurga" bisa terealisasi.

Kamis, 09 Juli 2015

Merintih hanya kepadaMu

Kepasrahan


Ditengah kerinduannya mengecup dan bersimpuh di kaki kedua orang tua yang sangat ia sayangi, di tengah kerinduannya mengusap  lembut kepala keponakan yang beberapa waktu lalu dikabarkan telah mampu berjalan, di tengah kerinduannya  menyapa kakaknya yang slalu tersenyum ceria walau kini ia telah bersuami dan di tengah kerinduannya kepada adik adiknya yang saat ini sedang mengabdi untuk negeri,, Afza menahan kantuknya di serambi masjid mungil di tikungan sebuah daerah di kota yang kata orang istimewa ini. Sesekali ia kehilangan barisan ayat yang sedang ia baca karna rasa kantuknya itu.
Kala itu suasana kota pelajar mendung, sudah dua hari fenomena ini terjadi. "Mungkin inilah atmosfer 10 hari terakhir bulan Ramadhan yang terdapat malam Lailatul Qadr di dalamnya karna ciri-ciri malam lailautul Qadr adalah tidak ada sinar matahari pada pagi harinya",batinnya bergumam.

Pikirannya melayang sekitar 1 jam yang lalu

Lengkap sudah perjuangannya kini, kawan-kawan seperjuangannya di "penjara suci" satu persatu telah meningggalkannya untuk berjumpa dengan keluarga di Idul Fitri esok. Namun, ia belum tahu kapan ia akan berjumpa dengan dua orang pahlwannya itu. Ia harus tertahan di sini untuk memenuhi amanah akademiknya. AHari ini jadwal ia mengambil surat izin melakukan penelitian.. Pihak birokrat mengatakan bahwa jam 10 pagi surat itu sudah bisa diambil. Maka selepas ia packing baju dan beberes ruangan berukuran 5x4m yang bertuliskan nomor 21 di pintunya, ia bergegas untuk menuju kampus yang akrab di sebut kampus hijau itu. Kampus yang menjadi saksi perjalannya selama 3,5 tahun itu, kampus tempat ia belajar menangis, ia belajar tertawa, ia balejar berbagi, ia belajar memberi dan ia belajar berkorban serta berjuang. Ia teringat betul bahwa kala ia masih semester 1 dulu, yang kata orang masih unyu-unyu itu, ia disuguhkan banyak teladan di kampusnya itu, setiap datang ia disapa dan dicium lembut pipi kanan kirinya oleh mbak mbaknya,,, namun semua itu kini hilang... Ia merindukan sosok-sosok itu, ia merindukan tangan-tangan lembut itu, ia merindukan senyuman senyuman yang tergurat itu...Ah..ini hanya mimpi, batinnya. Mana mungkin aku mendapati itu lagi, jelas jelas ia menjadi mahasiswa paling tua di kampus... gumamnya.
Kembali ke pagi menuju siang di hari itu, setelah mengenang kerinduan yang tertahan di pelataran kampus, ia segera menuju ruang dingin di depan sebuah kolam kecil di kampusnya. Ia menanyakan bab surat yang harus ia antarkan ke dinas perizinan balai kota untuk meminta izin penelitian. Namun Allah sedang mengajarinya bab "Kepasrahan" siang itu, kepasrahan dan tawakal atas semua usaha yang dilakukan. Surat tersebut belum jadi, pihak birokrat belum bisa memastikan surat itu bisa diambil kapan karena masih menunggu tanda tangan atasan. Astaghfirullah, walhamdulillah ya Rabb.... ini bukti cintaMu padaku. DIa pun keluar dan merenung sejenak,, kalau begini jadinya, akan bertambah ketidakjelasannya untuk segera pulang. segera ia baca doa Robithoh  dan membayangkan wajah kedua orang tuanya hingga tak terasa air mata menetes di pipinya, ia berdoa dan berharap bahwa TuhanNya akan memberikan yang terbaik untuk dirinya.

Dan benar adanya, setelah semua kepasrahan merasuk di dalam sukmanya, menghujam jiwa dan raganya bukti kasih sayang Allah datang menghampirinya. Ia dipanggil oleh pihak birokrat dan diberitahukan bahwa surat miliknya sudah jadi dan bisa segera diproses ke Balai kota.

Terimakasih Afza,,, darimu aku belajar bersyukur atas apapun yang terjadi pada diriku...
Penjara Suci 16:07

Rabu, 08 Juli 2015

Di ruang ini kita banyak belajar

Sore menuju petang...

Selesai Faza menghabiskan waktunya selama 2 jam di gedung putih itu. Adzan berkumandang,,, Tuhannya memanggilnya untuk segara menghadapnya. Ia sempatkan mampir di bangunan mungil tepat di belakang gedung putih berlantai dua itu untuk sejenak melupakan urusan dunianya. Ia hanya teringat salah satu pesan ustadz.. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Laporlah ke Allah sebelum kamu melapor ke manusia, ceritalah dulu ke Allah sebelum kamu cerita ke manusia bahkan menangislah dulu ke Allah sebelum kamu menangis di hadapan manusia. Kamu setiap hari bertemu banyak orang, menyapa dan berinteraksi dengan mereka. Bila hati dan ruhmu kering, maka ajakanmu akan terasa hambar, kehadiranmu tak akan berkah.  Setelah itu, ia mampir di bangunan yang suatu saat akan menjadi bangunan bersejarah bagi dirinya kelak, Bangunan saksi ia mencoba bermanfaat untuk ummat. Sore ini tak sengaja ia berjumpa dengan kawan  di perjuangannya organisasi tempat ia bernaung kini di ruang berukuran 8x4m. Ruangan yang selalu panas di setiap senin pukul 13.00 sampai maghrib. Ia sapa temannya itu satu persatu. Teman-temannya yang saat ini sama sama menunda kelulusannya. Sesampainya di ruang yang bernama Ruang Kebangkitan itu, tak lupa ia menanyakan kabar perihal amanah akademiknya itu kepada teman-temannya. Sore itu ia merasa bahwa ternyata sepi juga ditinggal para rekan kerja kementerian untuk KKN dan Mudik. Kami 13 militansi hanya saling menatap dan terbang ke alam bawah sadar kami masing-masing. (mungkin) kami memikirkan hal yang sama namun tak terucap lewat kata.


“Jika Alloh menimpakan sesuatu kemadhorotan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus [10] : 107). ". 

Gedung Putih Saksi Perjuanganku



Siang menuju sore hari ini



Di bawah gedung putih yang megah ini..simbol kemegahan bagi mahasiswa UNY lebih tepatnya... ia terpaku di depan sebuah leptop. Siang ini seharusnya ia melaksanakan rapat koordinasi perihal PMB dengan pihak rektorat dan seluruh jajaran fakultas di gedung putih itu,, namun atmosfer kehangatan kamar 21 di lantai 3 gedung hijau berlantai 3 itu membuatnya taktersadarkan sementara (mungkin menyapa Rabbnya). Hingga ia pun datang terlambat dan akhirnya memutuskan untuk duduk di pojokan tangga gedung putih tersebut sambil menanti rapat usai. Untung ada kawan perjuangannya yang telah terlebih dahulu hadir untuk mendengarkan berbagai macam obrolan birokratis dari para petinggi. Ya kesempatan  untuk ngobrol dengan para birokrat UNY yang dulu ketika maba hanya ia bisa lihat dari kejauhan  (mungkin) tak akan ia dapatkan bila saat ini ia telah menyandang gelar Sarjana Pendidikan. Siang itu mungkin menjadi siang yang membuatnya bertanya-tanya. Sudah dua hari ia memimpikan kawan perbaikan dan kebaikannya  yang saat ini sedang mengabdi dan membumi di belahan bumi yang lain..mungkin ini yang disebut sebuah kerinduan. Sudah kurang lebih satu minggu, ia melewati hari-harinya seorang diri dan sendiri,mulai dari pergi ke kampus, bertemu dosen, menyapa sahabatnya, melaksanakan shalat tarawih hingga melewati malam-malamnya yang selama ini ia habiskan bersama kawan perjuangannya itu walau hanya untuk berbagi cerita. Ada satu hal yang ia lakukan kala kerinduan itu begitu terasa tersemat di hati dan dadanya, ia tak segan mengunjungi kampus saudara seperjuangannya itu hanya untuk bersujud dan mengekspresikan kerinduannya. hahaha... mungkin ini yang namanya jomblo ditinggal kawan-kawan seperjuangannya lulus dan wisuda lebih awal. Ditinggal "patner-patner in crimenya" di penjara suci. Sedangkan dirinya, memutuskan untuk menunda kelulusan dari target yang sudah ia pasang semenjak 3,5 tahun yang lalu.Sedangkan dirinya, memutuskan untuk bertahan di penjara suci sampai skripsinya selesai, minimal ada hal yang bisa ia laporkan ketika bertemu ibu bapaknya ketika mudik nanti. Ia memang tidak pernah menyangka bahwa saat ini ia akan Allah tempatkan untuk memegang amanah yang tidak ringan ini. Amanah mengkader, amanah membina ribuan mahasiswa yang menjadi salah satu tanggungjawabnya. Ia tak pernah menyangka pula bahwa ini akan berimbas pada membeloknya target yang telah ia pasang. DUka ia rasakan, tapi suka pun ia rasakan. Berbagai kesempatan ia alami yang iapun yakin tak akan ia dapatkan bila ia meluluskan dirinya sesuai target yang telah dipasang.... Selalu ada hikmah di balik sebuah kejadian guys....    Ditulis di pojok gedung putih yang pernah menjadi saksi pengambilan foto pencalonannya menjadi ketua himpunan,,, YOgyakarta 15:02